Orde Lama dan Orde Baru
Orde baru
Orde Baru dan Perkembangan Dalam Bidang Politik, Ekonomi dan Sosial-Budaya
– Keluarnya Supersemar merupakan awal dari Orde Baru dan sesuai dengan isi
dari Supersemar sejak 11 Maret 1966 Letnan Jendral Soeharto sudah mempunyai
hak dan tanggung jawab terhadap pelaksanaan isi Supersemar.
Karena itu berdasarkan Supersemar menjadi landasan yuridis Letnan Jenderal
Soeharto mengambil langkah-langkah di segala bidang demi keselamatan
negara.
1. Perkembangan Dalam Bidang Politik
Sebagai konsekuensi dari isi Supersemar yang di antaranya berbunyi
“….mengambil segala tindakan yang dianggap perlu, untuk terjaminnya
keamanan dan ketenangan” Langkah pertama yang dilakukan adalah membubarkan
dan pelarangan PKI, termasuk ormas-ormasnya dari tingkat pusat sampai
daerah.
Langkah berikutnya tanggal 18 Maret 1966 yaitu pengamanan dan penangkapan
terhadap lima belas mentri Kabinet Dwikora yang terlibat dalam persitiwa di
tahun 1965. Kelimabelas mentri tersebut adalah Dr. Soebandrio, Dr. Chairul
Saleh, Ir. Setiadi Reksoprodjo, Sumardjo, Oei Tju Tat, SH., Ir. Surachman,
Yusuf Muda Dalam,
Armunanto, Sutomo Martopradoto, A. Astrawinata,SH., Mayor Jenderal Achmadi,
Drs. Moh. Achadi, Letnan Kolonel Sjafei, J.K. Tumakaka, dan Mayor Jendral
Dr. Soemarno.
Langkah berikutnya adalah pada tanggal 25 Juli 1966 tentang pembentukan
Kabinet Ampera sebagai pengganti Kabinet Dwikora. Adapun tugas pokok dari
Kabinet Ampera dikenal dengan nama Dwidharma yaitu dalam rangka mewujudkan
stabilitas politik dan ekonomi. Dalam melaksanakan tugas ini maka
penjabarannya tertuang dalam program Kabinet Ampera yang dikenal dengan
nama Catur Karya, meliputi:
a. memperbaiki perikehidupan rakyat, terutama dalam bidang sandang dan
pangan;
b. melaksanakan pemilihan umum dalam batas waktu seperti tercantum dalam
Ketatapan MPRS No.XI/MPRS/1966;
c. melaksanaka politik luar negeri yang bebas dan aktif untuk kepentingan
nasional sesuai dengan Ketatapan MPRS No.XI/MPRS/1966, dan;
d. melanjutkan perjuangan anti imperialisme dan kolonialisme dalam segala
bentuk dan manifestasinya.
Dan pada tanggal 11 Agustus 1966 melaksanakan persetujuan normalisasi
hubungan dengan Malaysia, yang pernah putus sejak 17 September 1963.
Persetujuan normalisasi hubungan tersebut merupakan hasil perundingan
Bangkok (29 Mei-1 Juni 1966).
Dalam sidang umum MPRS tanggal 20 Juni 1966 Soekarno dimintak menyampaikan
pidato pertanggungjawabannya terkait dengan peristiwa yang terjadi pada
tanggal 1 Oktober 1965. Dalam pertanggungjawaban ini Soekarno berpidato
dengan nama NAWAKSARA yang artinya sembilan pasal.
Pidato Presiden Soekarno tersebut di atas tidak dapat diterima oleh MPRS,
sehingga MPRS memberikan waktu kepada Presiden Soekarno untuk
menyempurnakan lagi pada tanggal 10 januari 1967 yang disebut PELENGKAP
NAWAKSARA yang dituangkan dalam Surat Presiden Republik Indonesia No.
01/Pres/1967. Disini nampak terjadi pergeseran peranan MPRS di hadapan
pemegang Supersemar yang tidak sesuai dengan UUD tahun 1945.
Dalam Sidang Istimewa ini MPRS menghasilkan 4 ketetapan, diantaranya
Ketetapan MPRS No. XXXIII/MPRS/1967 tentang pencabutan kekuasaan
Pemerintahan Negara dari Presiden Soekarno dan mengangkat Jenderal Soeharto
pemegang Tap MPRS No. IX/MPRS/1966 sebagai Pejabat Presiden hingga
dipilihnya Presiden oleh MPR hasil Pemilu. Dan pada tanggal 27 Maret 1968
dilakukan pelantikan Jendral Soeharto pengemban Tap MPRS No. IX/MPRS/1966
sebagai Presiden Republik Indonesia yang kedua.
2. Perkembangan Dalam Bidang Ekonomi
Dalam upaya pembangunan dalam bidang ekonomi Orde Baru dilaksanakan melalui
REPELITA (Rencana Pembangunan Lima Tahun) yang dimulai pada tanggal 1 April
1969. Sektor pertanian merupakan sektor yang terbesar dalam ekonomi
Indonesia. Kurang lebih 55% dari produksi nasional berasal dari sektor
pertanian, sedangkan 75% penduduk memperoleh penghidupan dari sektor
pertanian. Kedudukan yang menentukan dari sektor pertanian dapat dilihat
juga dari sumbangan penghasilan devisa negara. Lebih 60% dari ekspor
Indonesia berasal dari sektor pertanian. Sebagai sektor terbesar dalam
ekonomi Indonesia maka sektor pertanian merupakan landasan bagi setiap
usaha pembangunan.
-Sasaran pembangunan dirumuskan secara sederhana dalam Repelita ini yaitu
pangan;
Sandang;
Perbaikan prasarana;
Perumahan rakyat;
Perluasan lapangan kerja; dan
Kesejahtraan rohani.
-Pelaksanaan pembangunan ini bertumpu pada Trilogi Pembangunan yaitu:
Pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya yang menuju kepada terciptanya
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia;
Pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi
Stabilitas nasional yang sehat dan dinamis.
-Dan Pembangunan ini berdasarkan pada asas:
Asas manfaat;
Asas usah ebersama dan kekeluargaan;
Asas demokrasi;
Asas adil dan merata;
Asas perikehidupan dalam keseimbangan;
Asas kesadaran; dan
Asas kepercayaan pada diri sendiri.
-Adapun modal dasar yang disebutkan dalam Pola Dasar Pembangunan Nasional
ialah:
Kemerdekaan dan kedaulatan bangsa;
Kedudukan geografi’;
Sumber-sumber kekayaan alam;
Jumlah penduduk;
Modal rohani dan mental;
Modal budaya;
Potensi efektif bangsa;
Angkatan bersenjata.
-Dalam menggerakkan modal dasar untuk mencapai tujuan pembangunan, perlu
pula diperhatikan faktor-faktor dominan sebagai berikut:
Faktor demografi dan sosial-budaya;
Faktor geografi, hidrografi, geologi dan topografi;
Faktor klimatologi;
Faktor flora dan fauna;
Faktor kemungkinan pengembangan.
Dengan segala kelebihan yang dimiliki di masa Orde Baru di bidang ekonomi,
terdapat juga kekuarangannya. Hal ini dapat dilihat adanya KKN(Korupsi,
Kolusi dan Nepotisme) yang merajalela, krisis multidemensional yang
menyebabkan keruntuhan Orde Baru pada bulan Mei 1998.
3. Perkembangan Dalam Bidang Sosial-Budaya.
Masa Orde Baru diakui telah banyak mencapai kemajuan dalam proses untuk
mewujudkan cita-cita nasional. Dalam kehidupan sosial budaya, masyarakat
dapat digambarkan dari berbagai sisi. Selama dasawarsa 1970-an laju
pertumbuhan penduduk mencapai 2,3% setiap tahun. Dalam tahun tahun awal
1990-an angka tadi dapat diturunkan menjadi sekitar 1,6% setiap tahun. Jika
awal tahun 1970-an penduduk Indonesia mempunyai harapan hidup rata-rata
sekitar 50 tahun maka pada tahun 1990-an harapan hidup lebih dari 61 tahun.
Dalam kurun waktu yang sama angka kematian bayi menurun dari 142 untuk
setiap 1000 kelahiran hidup menjadi 63 untuk setiap 1000 kelahiran hidup.
Hal ini antara lain dimungkinkan makin meningkatnya pelayanan kesehatan
bagi masyarakat. Sebagai contoh adanya Pusat Kesehatan Masyarakat
(Puskesmas) dan Pos Pelayanan Terpadu sampai di tingkat desa atau RT.
Dalam himpunan Tap MPR Tahun 1993 di bidang pendidikan, fasilitas
pendidikan dasar sudah makin merata. Pada tahun 1968 fasilitas sekolah
dasar yang ada hanya dapat menampung sekitar 41% dari seluruh anak yang
berumur sekolah dasar. Fasilitas sekolah dasar yang telah dibangun di
pelosok tanah air praktis mampu menampung anak Indonesia yang berusia
sekolah dasar. Kondisi ini merupakan landasan kuat menuju pelaksanan wajib
belajar 9 tahun di tahun-tahun yang akan datang. Sementara itu, jumlah
rakyat yang masih buta huruf telah menurun dari 39% dalam tahun 1971
menjadi sekitar 17% di tahuan1990-an.
Dampak dari pemerataan pendidikan juga terlihat dari meningkatnya tingkat
pendidikan angkatan kerja. Dalam tahun 1971 hampir 43% dari seluruh
angkatan kerja tidak atau belum pernah sekolah. Pada tahun 1990-an jumlah
yang tidak atau belum pernah sekolah menurun menjadi sekitar 17%. Dalam
kurun waktu yang sama angkatan kerja yang berpendidikan SMTA ke atas adalah
meningkat
Dari 2,8% dari seluruh angkatan kerja menjadi hampir 15%. Peningkatan mutu
angkatan kerja akan mempunyai dampak yang luas bagi laju pembangunan di
waktui-waktu yang akan datang.
Kebinekaan Indonesia dari berbagai hal (suku, agama, ras, budaya, antar
golongan dsb.) yang mempunyai peluang yang tinggi akan terjadinya konflik,
maka masa Orde Baru memunculkan kebijakan yang terkait dengan pemahaman dan
pengamalan terhadap dasar negara Pancasila.
Berdasarkan Ketetapan MPR No.II/MPR/1978 ditetapkan tentang P-4 yaitu
Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (Eka Parasetia Pancakarsa).
Dengan Pancasila akan dapat memberikan kekuatan, jiwa kepada bangsa
Indonesia serta membimbing dalam mengejar kehidupan lahir dan batin yang
makin baik menuju masyarakat yang adil dan makmur.
Dengan penghayatan terhadap Pancasila oleh manusia Indonesia akan terasa
dan terwujudlah Pancasila dalam kehidupan masyarakat bangsa Indonesia.
Karena itulah diperlukan suatu pedoman yang dapat menjadi penuntun dan
pegangan hidup bagi sikap dan tingkah laku setiap orang Indonesia. Untuk
melaksanakan semua ini dilakukanlah penataran-penataran baik melalui
cara-cara formal, maupun non-formal sehingga di tradisikan sebagai gerakan
Budaya.
Orde Lama
Pada tahun 1927 Soekarno mendirikan dan menjadi pemimpin sebuah organisasi
politik yang disebut Partai Nasional Indonesia (PNI) yang bertujuan untuk
mencapai kemerdekaan penuh untuk Indonesia. Namun, aktivitas politik
subversif ini menyebabkan penangkapan dan juga pemenjaraannya oleh rezim
Pemerintah Kolonial Belanda yang represif di tahun 1929. Bagi orang-orang
Indonesia pada saat itu, pembuangan Soekarno itu malah memperkuat saja
citranya sebagai pahlawan nasional dan pejuang kemerdekaan. Setelah
pembebasannya, Soekarno berada dalam konflik yang terus berkelanjutan
dengan pemerintahan kolonial selama tahun 1930an, menyebabkan Soekarno
berkali-kali dipenjara.
Waktu Jepang menginvasi Hindia Belanda pada bulan Maret 1942, Soekarno
menganggap kolaborasi dengan Jepang sebagai satu-satunya cara untuk meraih
kemerdekaan secara sukses. Sebuah taktik yang terbukti efektif.
Sampai saat ini, masyarakat Indonesia sangat menghormati dan mengagumi
Soekarno, pencetus dari nasionalisme Indonesia, karena mendedikasikan
hidupnya untuk kemerdekaan Indonesia dan membawa identitas politik baru
kepada negara Indonesia.
Kelahiran yang Sulit Bangsa IndonesiaWaktu Soekarno (Presiden pertama
Indonesia) bersama Mohammad Hatta (Wakil Presiden pertama Indonesia), dua
nasionalis paling terkemuka di Indonesia, memproklamasikan kemerdekaan
Indonesia pada 17 Agustus 1945, bersama dengan publikasi konstitusi yang
pendek dan sementara (UUD 1945), tantangan-tantangan mereka masih jauh dari
berakhir. Nyatanya akan membutuhkan empat tahun revolusi lagi untuk melawan
Belanda yang – setelah dibebaskan dari Jerman di Eropa – kembali untuk
mengklaim kembali koloni mereka.
Belanda berkeras untuk tidak melepaskan koloni mereka di Asia Tenggara yang
sangat menguntungkan namun kemudian harus menghadapi kenyataan juga. Di
bawah tekanan internasional, Belanda akhirnya mengakui kemerdekaan
Indonesia pada tahun 1949 (kecuali untuk wilayah barat pulau Papua). Namun,
negosiasi dengan Belanda menghasilkan ‘Republik Indonesia Serikat’ yang
memiliki konstitusi federal yang dianggap terlalu banyak dipengaruhi oleh
Belanda. Oleh karena itu, konstitusi ini segera diganti dengan
Undang-Undang Dasar Sementara 1950 (UUDS 1950) yang kemudian menjadi dasar
hukum sistem pemerintahan parlementer, yang menjamin kebebasan individu dan
mengharuskan tentara untuk tunduk kepada supremasi sipil. Posisi presiden,
secara garis besar, hanya memiliki fungsi seremonial dalam sistem ini.
Perdebatan antara beberapa pihak yang berpengaruh mengenai dasar ideologis
Indonesia dan hubungan organisasional antara sejumlah badan negara telah
dimulai sebelum proklamasi tahun 1945. Pihak-pihak ini adalah: (1) tentara,
(2) kaum Islam, (3) para komunis, dan (4) para nasionalis.
Pertama, tentara Indonesia, para pahlawan Revolusi, selalu memiliki
aspirasi politik sendiri. Namun, UUDS 1950, tidak menyediakan peran politik
bagi para militer ini. Ini merupakan sebuah kekecewaan untuk mereka dan
sumber kecurigaan terhadap pihak-pihak lain yang mendapatkan kekuatan
melalui UUDS 1950.
Para perwakilan dari partai-partai Islam dalam pembicaraan-pembicaraan
konstitusi – meskipun dalam topik-topik lain tidak mewakili kelompok yang
homogen – ingin Indonesia menjadi sebuah negara Islam yang diatur dengan
hukum syariah. Namun kelompok-kelompok lain menganggap bahwa pendirian
sebuah negara Islam akan membahayakan persatuan Indonesia dan bisa memicu
pemberontakan dan gerakan-gerakan separatisme karena terdapat jutaan orang
non-Muslim serta banyak Muslim yang tidak terlalu strik di Indonesia.
Hal lain yang menyebabkan kecemasan di pihak perwakilan partai-partai Islam
maupun militer adalah kembalinya Partai Komunis Indonesia (PKI). Setelah
dilarang oleh pemerintahanan kolonial pada tahun 1927 karena mengorganisir
pemberontakan-pemberontakan di Jawa Barat dan Sumatra Barat, PKI meraih
dukungan di Jawa Tengah dan Jawa Timur dan menjadi salah satu partai paling
populer dalam skala nasional maka merupakan kekuatan politik.
Dan terakhir, ada juga para nasionalis yang menekankan kebutuhan akan
jaminan hak-hak individu versus negara. Para nasionalis berjuang dalam PNI
(versi partai politik dari gerakan PNI yang telah disebutkan sebelumnya,
yang didirikan oleh Soekarno pada tahun 1927 dan yang bertujuan meraih
kemerdekaan). PNI meraih banyak dukungan di Indonesia.
Komentar
Posting Komentar