Organisasi Pergerakan Nasional Indonesia
- Masa pembentukan (1908 – 1920) berdiri organisasi seperti Budi Utomo, Sarekat Islam, dan Indische Partij.
- Masa radikal/nonkooperasi (1920 – 1930), berdiri organisasi seperti Partai Komunis Indonesia (PKI), Perhimpunan Indonesia (PI), dan Partai Nasional Indonesia (PNI).
- Masa moderat/kooperasi (1930 – 1942), berdiri organisasi seperti Parindra, Partindo, dan Gapi.
- Pihak kanan, berkehendak supaya keanggotaan dibatasi pada golongan terpelajar saja, tidak bergerak dalam lapangan politik dan hanya membatasi pada pelajaran sekolah saja.
- Pihak kiri, yang jumlahnya lebih kecil terdiri dari kaum muda berkeinginan ke arah gerakan kebangsaan yang demokratis, lebih memerhatikan nasib rakyat yang menderita.
- Budi Utomo cenderung memajukan pendidikan untuk kalangan priyayi daripada penduduk umumnya.
- Lebih mementingkan pemerintah kolonial Belanda daripada kepentingan rakyat Indonesia.
- Menonjolnya kaum priyayi yang lebih mengutamakan jabatan menyebabkan kaum terpelajar tersisih. Ketika meletus Perang Dunia I tahun 1914, Budi Utomo mulai terjun dalam bidang politik.
- perlawanan terhadap para pedagang perantara (penyalur) oleh orang Cina,
- isyarat pada umat Islam bahwa telah tiba waktunya untuk menunjukkan kekuatannya
- membuat front melawan semua penghinaan terhadap rakyat bumi putera.
- SI Putih, yang tetap berlandaskan nasionalisme dan Islam. Dipimpin oleh H.O.S. Cokroaminoto, H. Agus Salim, dan Suryopranoto yang berpusat di Yogyakarta.
- SI Merah, yang berhaluan sosialisme kiri (komunis). Dipimpin oleh Semaun, yang berpusat di Semarang. Dalam kongresnya di Madiun, SI Putih berganti nama menjadi Partai Sarekat Islam (PSI). Kemudian pada tahun 1927 berubah lagi menjadi Partai Sarekat Islam Indonesia (PSII). Sementara itu, SI Sosialis/Komunis berganti nama menjadi Sarekat Rakyat (SR) yang merupakan pendukung kuat Partai Komunis Indonesia (PKI).
- Pergerakan yang ada lemah sehingga kurang bisa menggerakkan massa.
- PKI sebagai partai massa telah dilarang.
- Propagandanya menarik dan mempunyai orator ulung yang bernama Ir. Soekarno (Bung Karno).
- menghindari segala perselisihan di antara anggota-anggotanya;
- menyatukan organisasi, arah, serta cara beraksi dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia
- mengembangkan persatuan kebangsaan Indonesia.
- Masing-masing anggota lebih mementingkan loyalitas pada masing-masing kelompoknya.
- Kurangnya kontrol pusat terhadap aktivitas lokal.
- Perbedaan gaya perjuangan di antara organisasi-organisasi anggota PPKI tersebut.
Gerakat Rakyat Indonesia (Gerindo) merupakan salah satu organisasi pada masa moderat yakni dengan menggunakan taktik bekerja sama (kooperatif) dengan pemerintah Belanda. Taktik kooperatif ini diterapkan dengan alasan pemerintah kolonia Belanda terus melakukan tekanan keras terhadap organisasi organisasi nasional pasca terjadi pemberontakan PKI tahun 1926 dan 1927. Selain itu organisasi di Indonesia juga mengalami kesulitan dana akibat adanya krisi Malaise.
Gerindo sendiri dibentuk di Jakarta pada tanggal 24 Mei 1937. Tujuan dari Gerindo antara lain:
- Mencapai Indonesia merdeka
- Memperkokoh ekonomi Indonesia
- Mengangkat kesejahteraan kaum buruh
- Member bantuan bagi kaum pengangguran
Gerindo berusaha menjunjung tinggi asas kooperasi terhadap pemerintahn Belanda. Organisasi ini berusaha mewujudkan suatu pemerintahan negara yang memberikan kemerdekaan politik, ekonomi dan sosial bagi rakyat. Oleh karena itu, Gerindo merupakan sebuah organisasi yang terbuka untuk umum. Gerindo menerima anggota dari berbagai masyarakat, seperti peranakan Eropa, Cina dan Arab.
Gerindo berupaya memperjuangkan keadilan sosial bagi seluruh masyarakat Indonesia. Menurut Gerindo, keadilan akan dicapai dengan menjunjung tinggi asas demokrasi. Salah satu upaya mencapai asas demokrasi, yaitu pemerintah Belanda harus membebaskan pemimpin pemimpin bangsa Indonesia yang sudah diasingkan. Tokoh tokoh Gerindo antara lain A.K Gani, Sartono, Muhammad Yamin, Wilopo dan Amir Syarifudin.
- Putri Mardiko (1912) berdiri di Jakarta, tujuannya memberikan bantuan bimbingan dan penerangan pada gadis pribumi dalam menuntut pelajaran, tokohnya adalah R.A. Sabaruddin, R.A. Sutinah, Joyo, dan R.R. Rukmini.
- Kartini Fonds (dana Kartini) yang didirikan Ny. T. Ch. Van Deventer (1912) dengan tujuan mendirikan sekolah bagi kaum wanita, misalnya Maju Kemuliaan di Bandung, Pawiyatan Wanito di Magelang, Wanito Susilo di Pemalang, Wanito Hadi di Jepara, Budi Wanito di Solo, dan Wanito Rukun Santoso di Malang.
- Keutamaan Istri berdiri berdiri sejak tahun 1904 di Bandung, yang didirikan oleh R. Dewi Sartika. Pada tahun 1910 didirikan Sekolah Keutamaan Istri, dengan tujuan mengajar anak gadis agar mampu membaca, menulis, berhitung, punya keterampilan kerumahtanggaan agar kelak dapat menjadi ibu rumah tangga yang baik. Kegiatan ini kemudian mulai diikuti oleh kaum wanita di kota-kota lainnya, yaitu Tasikmalaya, Garut, Purwakarta, dan Padang Panjang
- Aisyiah didirikan pada 22 April 1917 dan merupakan bagian dari Muhammadiyah. Pendirinya adalah H. Siti Walidah Ahmad Dahlan. Kegiatan utamanya adalah memajukan pendidikan dan keagamaan bagi kaum wanita, memelihara anak yatim, dan menanamkan rasa kebangsaan lewat kegiatan organisasi agar kaum wanita dapat mengambil peranan aktif dalam pergerakan nasional.
- Kerajinan Amal Setia berdiri di Gadang Sumatra Barat tanggal 11 Februari 1914 dengan ketua Rohana Kudus. Tujuan didirikannya organisasi ini adalah untuk meningkatkan pendidikan wanita seperti cara mengatur rumah tangga, kerajinan tangan, dan cara pemasarannya.
- Sarikat Kaum Ibu Sumatra di Bukittinggi.
- Perkumpulan Ina Tani di Ambon.
- Percintaan Ibu Kepada Anak Turunannya (PIKAT) didirikan pada bulan Juli 1917 oleh Maria Walanda Maramis di Menado, Sulawesi Utara. Tujuannya: memajukan pendidikan kaum wanita dengan cara mendirikan sekolah-sekolah rumah tangga (1918) sebagai calon pendidik anak-anak perempuan yang telah tamat Sekolah Rakyat. Di dalamnya diajari cara-cara mengatur rumah tangga yang baik, keterampilan, dan menanamkan rasa kebangsaan
NICE
BalasHapus